Puncak Konflik Agama dan Sains

Agama dan sains adalah dua hal yang berperan penting dalam kehidupan manusia. Agama adalah semesta tempat tinggal manusia dimana manusia dapat menemukan makna dan inti dari kehidupan, sedangkan sains adalah sesuatu yang dapat mengurai dan menjelaskan keunikan dari alam semesta. Sekalipun antara keduanya memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, tidak berarti hubungan keduanya berjalan harmonis dan tanpa masalah. Hubungan antara keduanya pernah mengalami pasang surut. Sepanjang sejarah kehidupan, kita dapat menyaksikan bagaimana sains dan agama senantiasa "bertarung" untuk memperoleh simpati dan dukungan. Sains dan agama adalah dua wajah yang berbeda dan karena hal ini pulalah hubungan di antara keduanya lebih banyak diwarnai ketegangan ketimbang oleh semangat saling melengkapi dan menyempurnakan. Dalam prespektif agama, sains adalah produk dunia yang perlu dijauhi dan menjaga jarak karena akan merusak doktrin agama.

Pendapat fundamental tokoh agama akhirnya merasuk dan mempengaruhi pola perilaku para pemeluk taatnya, mereka menganggap bahwa sains adalah musuh yang perlu dihindari. Hal ini terlihat dengan adanya semacam pemahaman turun temurun dari generasi ke generasi untuk tidak mencurahkan perhatian lebih banyak kepada sains.

Hal serupa juga terjadi pada sains. Tanpa ragu, sains mengklaim keberadaan agama jauh lebih rendah darinya. Agama dianggap kolot dengan argumen irasionalnya yang tidak bisa diterima secara ilmiah. Sains mengklaim, agama hanya milik orang yang tidak mau berpikir dan terpenjara dalam gua tanpa mendapatkan pencerahan. Klaim ini didasari bukti di mana agama tidak bisa dikaji secara epistemologis dan ilmiah. Dalam sejarah hubungan sains dan agama, paling tidak pernah terjadi dua kali kasus perseteruan yang cukup hebat. Pertama, ketika Galileo Galilei menyatakan pendapatnya dengan tegas bahwa bumi dan segala macam planet mengelilingi matahari. Kedua, tatkala Charles Darwin mengemukakan teorinya tentang asal usul-usul makhluk hidup yang selanjutnya dikenal sebagai teori evolusi.

Kasus pertama, sebagaimana telah diketahui, terjadi pada 1633. Akibat pendapat Galileo yang berlawanan dengan doktrin gereja, Galileo diadili serta akhirnya dihukum dengan dibakar hidup-hidup. Sementara teori evolusi Darwin telah menimbulkan perdebatan panjang yang cukup melelahkan hingga sekarang, Charles Darwin pada abad ke-19 memunculkan bukunya The Origin of Species (hanya dengan ‘menjejer dan mengurutkan’ tulang tengkorak berusaha menghubungkan secara evolusioner), Temuan Darwin semakin memicu ketidakharmonisan hubungan antara ilmuwan (orang yang menekuni sains) dan agamawan (orang yang mendalami nilai dan ajaran Tuhan).

Posting Lebih Baru Posting Lama

Leave a Reply